Sunday, December 14, 2014

Kasih Ibu Sepanjang Masa, Bakti Anak Tak Mengenal Usia




Siapa bilang berbakti kepada orang tua setelah kita dewasa dan hidup mapan. Seorang anak yang masih belia bahkan masih duduk di bangku sekolah dasar membuktikan baktinya pada sang ibu. Seperti fenomena berikut ketika saya masih aktif bekerja di LSM Korea yang berada di Indonesia, Good Neighbor International yang memiliki nama Indonesia Gugah Nurani Indonesia (see gnindonesia.org. ). Karena memang divisi saya yang khusus menangani kebutuhan anak asuh, maka mengenal dan berinteraksi lebih mendalam adalah bagian dari amanah.

Sholeh Sumanto… itu nama anak yang berada di sebelah perempuan yang sedang menyanting ini…. Ya, Ibu yag sedang menyanting ini memang ibu dari Sholeh yang sekarang duduk di bangku SD kelas 4, SD Jetis Pendoworejo, Kulon Progo, Yogyakarta. 

Sekilas memang tak ada yang istimewa dari kedua sosok ini, namun diperhatikan lebih dekat, tak sekedar dua orang manusia duduk bersebelahan namun ada hubungan keterdekatan antara ibu dan anak. Ya…hubungan mereka memang unik di jaman yang serba individualis ini. Sholeh, si anak, selalu mengajak sang ibu untuk mengikuti semua pelatihan yang diadakan oleh LSM di Pendoworejo ini, Gugah Nurani Indoensia.

Hal yang sudah jarang terjadi bagaimana anak seumuran ini selalu memperhatikan sang ibu dan memotivasi sang ibu untuk terus aktif belajar. Bahkan, tak jarang, Sholeh menemani sang ibu untuk berangkat dan belajar. Bahkan, ketika sang ibu agak enggan untuk kembali menghadiri pelatihan, si anak tak lelah menyemangati dan menemani. Sampai pada suatu hari, demi mendukung sang ibu untuk terus belajar, Sholeh tak enggan untuk pergi ke seberang desa membelikan ibu alat-alat yang ibunya butuhkan.

Yang menariknya lagi adalah, Sholeh juga ikut mengamati perkembangan ibu dalam belajar sepert yang terlihat pada gambar di atas. ‘Mak, iku loh sih enek sing mbleber’, celethuk Sholeh ketika melihat cantingan awal sang ibu yang masih belum halus. Terima kasih Sholeh…mengajariku sesuatu yang sering terlupa.

Kadang memang merasa malu ketika sudah seumur seperempat abad masih belum memberikan apa2 untuk orang tua, terutama ibu. Yang paling sering dirasa..adalah jarang pulang. Meski masih berada di satu pulau, bisa terhitung dengan jari berapa kali aku pulang. Minimal ketika Hari Raya Idul Fitri, aq pulang kampong, alias mudik. Berbagai alasan membuat berat untuk melangkah pulang meski alasan sangat logis..yaitu menghemat pengeluaran.

Jarang pulang apalagi mengirim uang, masih jauh dari rengkuhan. Maaf…ketika anakmu tak mampu memenuhi segala harapanmu Ibu…dengan idealis yang berseberangan..ku harap tak menjadi penghalang.
Semoga rahmat dan barokah menyertaimu selalu…Ibu…

“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.

Artinya:

“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

 

documentation from: www.facebook.com

November 20th 2012 

No comments:

Post a Comment